17 Maret 2009

Antara Dua Umur

Oleh: Hamdani, SE
BILA DIRENUNGKAN, ternyata kita mempunyai dua umur. Pertama, umur biologis. Yaitu umur kita dari lahir hingga meninggal dunia. Setiap orang sudah ditentukan umurnya oleh Allah swt. Tidak ada yang bisa menambahkan ataupun menguranginya sedikitpun. Bila tiba saatnya, setiap orang harus meninggalkan segala kesenangan dunia dan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah swt.


Kedua, ada yang disebut umur efektif. Yaitu, umur kemanfaatan seseorang. Seberapa lama manfaat seseorang dalam kehidupan ini? Umur efektif inilah yang bisa diperpanjang. Lamanya sangat bergantung dengan kontribusi setiap orang dalam menjalani kehidupan.
Ada orang yang umur efektifnya jauh lebih panjang daripada umur biologisnya. Mengapa? Karena dia memiliki sebuah karya, ide, gagasan, atau pemikiran yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Karya dan pemikiranya tetap dipergunakan oleh orang lain walaupun dia telah meninggal dunia. Sehingga orang tetap mengingatnya, seakan-akan dia masih hidup.
Adalah Nabi Muhammad Saw, teladan terbaik sekaligus sosok manusia yang paling panjang umur efektifnya. Meninggal dunia saat berumur 63 tahun, namun pengaruhnya tetap kuat dan mengakar sangat dalam sampai sekarang—melebihi umurnya. Michael H Hart, dalam buku 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa menempatkan beliau dalam urutan pertama. “Saya berpegang pada keyakinan saya, dialah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi”, jelasnya.
Contoh lain para penemu. Mereka termasuk orang-orang yang umur efektifnya jauh lebih panjang daripada umur biologisnya. Karya atau penemuannya menjadikan mereka tetap diingat dan dikenang oleh banyak orang. Thomas Alva Edison misalnya, meninggal dunia saat berumur 84 tahun. Namun berkat penemuannya, sampai saat ini orang bisa menikmati penerangan listrik dengan bola lampu pijar. Temuan pertamanya adalah perekam suara elektronik yang dibuatnya ketika berumur 21 tahun. Kemudian dia juga menemukan dan menyempurnakan mesin telegrap yang secara otomatis mencetak huruf. Akan tetapi, yang lebih terkenal di dunia darinya adalah pengembangan bola lampu pijar yang praktis pada tahun 1879.
Atau Alexander Graham Bell, penemu telepon yang dilahirkan pada tahun 1847 di Edinburg, Skotlandia. Meskipun dia hanya mendapat pendidikan formal sebentar, dia dididik dengan cukup baik oleh keluarganya dan belajar sendiri. Minat Bell memproduksi kembali suara vokal timbul secara wajar karena ayahnya seorang ahli dalam hal fisiologi vokal, memperbaiki pidato, dan mengajar orang-orang tuli. Pada tahun 1875, dia melakukan percobaan-percobaan yang mengarah pada penemuan telepon. Bell meninggal saat berumur 75 tahun, namun penemuannya tentu menjadi kontribusi penting bagi perkembangan teknologi komunikasi saat ini.
Bila kita membuka kembali lembaran-lembaran sejarah, kita pun akan banyak menemukan sosok yang memiliki umur efektifnya jauh lebih panjang dari umur biologisnya. Kita mengenal, menghormati, dan mengenang mereka karena jasa-jasanya yang besar bagi bangsa Indonesia. Beberapa diantara mereka ada yang meninggal pada usia muda. Namun mereka telah berjuang, mengorbankan harta dan jiwanya untuk bangsa tercinta ini. Mereka memberikan karya terbaiknya bagi bangsa Indonesia.
Wage Rudolf Soepratman misalnya, pengarang lagu Indonesia Raya. Meninggal dunia saat berumur 35 tahun (17 Agustus 1938). Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem Van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya.
Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum. Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka. Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.
Diantara para pujangga, kita juga dapat menemukan sederet karya yang masih hidup. Selalu dibawakan dalam berbagai pementasan puisi atau acara-acara seremonial. Karyanya tetap hidup, meskipun pengarangnya telah meninggal dunia. Chairil Anwar misalnya, dia meninggal dunia saat berumur 27 tahun (28 April 1949). Namun buah karyanya masih dinikmati sampai sekarang. Diantara kita bahkan sangat hafal dengan puisi-puisinya. “Aku...Kalau sampai waktuku, Ku mau tak seorang kan merayu...Tidak juga kau...Tak perlu sedu sedan itu...”
Tetapi, ada juga orang yang umur efektifnya sama panjangnya dengan umur biologisnya. Begitu dia menghembuskan nafas terakhirnya, maka itulah akhir kemanfaatannya. Tidak ada kebaikkan yang dia tinggalkan yang bermanfaat bagi orang lain. Orang kemudian tidak lagi mengingatnya atau mengenangnya.
Bahkan ada juga orang yang umur efektifnya jauh lebih pendek daripada umur biologisnya. Meskipun dia masih hidup, namun kurang memberikan manfaat bagi kehidupan. Tidak ada karya atau kontribusi yang dia sumbangkan untuk kehidupan. Masyarakat kurang merasakan manfaat dari keberadaannya. Inilah orang yang hidup tetapi mati. Mudah-mudahan kita tidak termasuk kelompok yang seperti ini.

Kontribusi
Kata kuncinya ternyata adalah kontribusi. Pertanyaannya, seberapa besar kontribusi yang telah kita berikan dalam kehidupan, sesuai dengan peran, posisi, atau jabatan masing-masing? Apapun bentuk kontribusi yang diberikan seseorang, itulah bukti kemanfaatannya dalam kehidupan. Semakin banyak yang menikmatinya, berarti semakin besar kemanfaatan seseorang. Semakin lama orang lain dapat menikmatinya, berarti semakin panjang usia efektif seseorang.
Karena itu, bila kita ingin memiliki umur efektif yang lebih panjang daripada umur biologis, berkontribusilah. Buatlah karya. Berikanlah ide, gagasan, atau pemikiran yang bermanfaat bagi banyak orang dan berjangka panjang. Jadilah seseorang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. Marilah kita memulainya dengan mengubah posisi diri: dari penonton menjadi penuntun, dari pengekor menjadi pelopor, dari mental pengamat menjadi menjadi mental pengamal, dan dari pengikut menjadi pemimpin.
Orang bijak mengatakan: “Dunia tempat menanam dan akhirat tempat peristirahatan yang abadi serta tempat memetik hasil dari apa yang telah ditanam selama di dunia.” Bila kebaikkan yang kita tanam, tentu kebaikkan pula yang akan kita petik. Semoga kita dapat memetik hasil terbaik!


0 komentar: