20 Mei 2009

Arung Laut pada PIC Gathering Halo Corporate Telkomsel



Salah satu kegiatan yang menantang dan sangat menarik pada Outbound PIC Gathering Halo Corporate Telkomsel pada tanggal 18-19 April 2009 di Pantai Pasir Panjang Singkawang yang lalu adalah arung laut. Dengan menggunakan rakit, peserta secara berkelompok mengarungi laut menuju tower kapal tenggelam. Melalui permainan ini, kerjasama dan kekompakan peserta diuji.
Permainan lain yang juga sangat seru adalah paintball (war game simulation). Skenario yang dimainkan adalah membebaskan sandera yang disekap sekelompok teroris.
Menurut Muharlis, kegiatan Outbound PIC Gathering Halo Corporate Telkomsel diantaranya bertujuan untuk membina dan menjaga “good relationship” antara pelanggan corporate dengan Telkomsel, menjadi forum komunikasi yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam pelayanan terhadap pelanggan corporate, memberikan informasi VAS terbaru untuk pelanggan corporate melalui PIC (Sales Produk), memberikan apresiasi dan reward kepada mitra kerja (PIC Corporate), dan meningkatkan team work dan team building antara PIC dan Telkomsel.

Read More......

22 Maret 2009

PAINTBALL, THE REAL COMBAT GAME






* Indra Wahyudi: "Luar Biasa...!!!"

PAINTBALL merupakan permainan simulasi tempur (war game) yang termasuk kategori high impact outbound (berisiko tinggi). Namun, permainan ini 100% safety. Sekarang paintball sudah termasuk olah raga terpopuler. Paintball juga menempati urutan ke-3 di extreme sports ranking setelah skateboard dan wallclimbing.

"Luar biasa, saya merasa inilah permainan high impact yang mengurai keberanian, kerjasama dan strategi", ujar Indra Wahyudi, Tecnical Coordinator PT Indosat Cabang Pontianak.

Menurutnya, kegiatan paintball dapat mengembangkan kemampuan kepemimpinan. Menyiapkan pemimpin dalam menyusun gagasan, serta mengkomunikasikan kepada tim dan menggerakkan seluruh anggota tim menuju tujuan bersama.

"Permainan perang-perangan ini juga meningkatkan kemampuan membuat perencanaan, menganalisa kondisi lingkungan atau medan kerja. Melatih membuat strategi untuk mencapai tujuan tim. Bahkan kedisiplinan, keberanian, dan teamwork bisa dibangun melalui permainan ini," tambahnya.

Menurut Hamdani SE, Direktur Trustco Pontianak, permainan paintball diselenggarakan dalam satu atau beberapa babak. Satu babak berlangsung selama 20 - 30 menit dengan berbagai variasi skenario, diantaranya rebut bendera, rebut bendera di tengah, menghabisi lawan atau membebaskan sandra. “Apapun skenarionya, permainan paintball akan membawa anda merasakan atmosfer pertempuran sesungguhnya. Anda dapat mengadu strategi, keberanian dan kecepatan dengan teman-teman anda,” ujar Hamdani SE, trainer muda TRUSTCO Pontianak.

Bila anda berminat mencoba permainan Paintball bersama rekan-rekan anda untuk menghilangkan kejenuhan rutinitas kerja, bisa menghubungi TRUSTCO Pontianak: Jalan Abdurrahman Saleh III No.7 Pontianak Telp/Fax (0561) 735155. Contact Person: Saudara Hamdani SE (081345229701).


Read More......

20 Maret 2009

Make Over !!! Self Improvement Program



Dare To Dream....

Dare To Success...


Setiap Manusia diberi Potensi & Kesempatan yang Relatif Sama dalam Meraih Kesuksesan.
Sukses adalah Kemampuan seseorang mentransformasikan Imajinasi Impian Tertingginya menjadi Kenyataan, dengan Menggali, Membangkitkan dan Mengelola Potensi Diri, Menghancurkan Belenggu Diri melalui Perjuangan panjang dan penuh Tantangan.Namun dalam Perjalanannya, Tidak Semua Manusia Bisa Melewati semua Rintangan yang Menghadang.

Make Over !!! Self Improvement Program tidak hanya Memberikan Pandangan yang Sebenarnya Tentang Kesuksesan, tapi akan Menggali & Mengelola Potensi Diri Anda.
Sebuah PILIHAN yang SMART bagi Anda yang berkeinginan Kuat untuk Merancang Sendiri Langkah demi Langkah Jalan Menuju Masa Depan, Mencapai Impian & Tujuan Hidup Anda.

Learning Material
1. Just Looking Inside (Mengenal Hakikat & Kesejatian Diri)
2. Make Over Yourself (Berani Membuka Diri, Hancurkan Belenggu, Lahir Kembali)
3. Make Your Own Future (Gapai Kesuksesan, Membuat Sendiri Impian Anda)
4. Commitment Building (Teguhkan Hati, Fokus & Konsisten, Membangun Sikap Sukses)



PROFIL FASILITATOR | LIMPAD HADI PRATAMA
Trainer yang biasa disapa dengan panggilan Mr. Lim ini, selama ini banyak dikenal sebagai SMART MOTIVATOR. Berpengalaman memberikan training sejak tahun 1998. Luar biasanya, Trainer yang pernah bekerja sebagai Mainframe Environment Application Programmer khususnya Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan di lingkungan Pemprov. DKI Jakarta ini, sampai saat ini telah mengantongi Jam terbang mengisi training & ceramah lebih dari 6.000 Jam & memfasilitasi lebih dari 150.000 orang peserta. Pernah mengajar sebagai Dosen di Universitas Bina Nusantara, Universitas Mercu Buana, Bakrie School Of Management & STT-PLN serta menjadi trainer & konsultan di LP2U, The Life Management Inc., O2 Art & Smart Consulting, LMT Trustco & The Light Institute. Banyak memberikan training untuk berbagai kalangan. Mulai dari Instansi Pemerintah Pusat & Daerah, BUMN & Perusahaan Swasta, hingga berbagai Perguruan Tinggi Negeri & Swasta di seantero tanah air telah membuktikan tips & triks-nya yang benar-benar Smart. Kini giliran Anda yang membuktikannya sendiri.





Read More......

18 Maret 2009

BELAJAR ”ILMU MALU”

Oleh: Hamdani, SE
RASA MALU merupakan sumber kemuliaan akhlak, sekaligus pendorong untuk melakukan kebaikkan dan meninggalkan kejahatan. Para ulama berpendapat, hakikat malu adalah budi pekerti yang mengajak agar meninggalkan kejelekan dan mencegah mengurangi hak orang lain. Dalam sebuah riwayat Abul Qasim Al Junaid ra, ia berkata: ”Malu adalah memandang kebaikan dan melihat kekurangan diri sendiri. Dari kedua pandangan itu, lahirlah perasaan yang dinamakan malu.”


Dalam situasi yang serba sulit (krisis) saat ini, adalah penting bagi kita untuk belajar ”ilmu malu”. Sebab rasa malu akan mencegah seseorang melakukan sesuatu yang tercela. Bila rasa malu ini terus tumbuh dan berkembang maka seseorang tidak akan melalukan maksiat, perbuatan keji dan berbagai perilaku yang menunjukkan kerendahan akhlak. Sebaliknya, bila dalam diri seseorang tidak ada lagi rasa malu, maka tidak ada lagi yang menghalanginya untuk melakukan perbuatan keji dan hina.
Lawan dari rasa malu adalah tidak tahu malu alias ”mane duli...” Ini adalah sifat yang tercela, karena mendorong pemiliknya untuk melakukan kejahatan, tidak peduli dengan segala cercaan hingga dia melakukan semua kejahatan dengan terang-terangan. Orang yang tidak memiliki rasa malu—kepada Allah swt dan kepada sesama manusia—tidak akan jera dari melakukan kejahatannya kecuali dengan hukuman yang tegas dan keras. Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshari Al Badri ra berkata, Rasulullah saw bersabda : ”Sesungguhnya sebagian yang masih diingat orang dari ajaran para nabi terdahulu adalah, ’Jika tidak malu, berbuatlah sesukamu.”(HR Bukhari).
Jadi rasa malu adalah kebaikkan. Semakin tebal rasa malu yang dimiliki, maka semakin banyak kebaikkannya. Semakin sedikit rasa malu yang dimiliki, maka semakin sedikit kebaikkannya. Sebagaimana ditegaskan pula dalam sebuah hadist dari Imran bin Hushain ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: ”Perasaan malu selalu mendatangkan kebaikkan.” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam Riwayat Muslim dikatakan: ”Setiap perasaan malu mengandung kebaikkan.”
Memang, rasa malu juga harus ditempatkan pada tempatnya. Salah menempatkan rasa malu, justru tidak akan melahirkan kebaikkan. Misalnya rasa malu yang berlebih-lebihan hingga membuat seseorang menahan diri untuk berbuat sesuatu yang sepatutnya tidak perlu malu melakukannya. Hasan Al Bashry berkata, ”Malu ada dua macam, yang pertama merupakan bagian dari iman, dan yang kedua merupakan kelemahan.” Karena itu, kita harus pandai menempatkannya, saat kapan dan tentang apa kita harus malu, serta saat kapan dan tentang apa kita tidak harus malu. Sebagai contoh, kita tidak perlu malu saat menyampaikan sebuah kebenaran. Dalam Al Quran surah Al Ahzab ayat 53 juga ditegaskan: ”...dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar.”

Masih Ada?
Ketika rasa malu masih ada dan ditempatkan pada tempat yang tepat, tentu akan melahirkan buah yang manis bagi kemajuan bangsa. DR Musthafa Dieb Al Bugha Muhyidin Mistu menjelaskan rasa malu akan membuahkan iffah (kesucian diri). Maka barangsiapa yang memiliki rasa malu, hingga dapat mengendalikan diri dari perbuatan buruk, berarti ia telah menjaga kesucian dirinya. Selain itu, menurutnya rasa malu juga membuahkan sifat wafa’, yaitu selalu menepati janji.
Kedua sifat tersebut sangat penting untuk melahirkan penyelenggara negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Muara akhirnya yaitu rakyat akan hidup dalam kesejahteraan dan kemakmuran. Persoalannya, masih adakah rasa malu di tengah bangsa ini?
Bila rasa malu itu masih ada, para anggota legislatif tentu akan rajin turun mengunjungi masyarakat untuk menyelami berbagai persoalan kemudian mencari jalan keluarnya. Kita tidak akan membaca berita banyaknya anggota legislatif yang ditangkap KPK karena mengkorupsi uang rakyat. Tentu tidak akan ada cerita anggota legislatif yang sering bolos atau tidur pada saat rapat yang membahas berbagai persoalan rakyat. Sejumlah partai politik juga tidak akan mendaftarkan ”kadernya” yang menggunakan ijazah palsu untuk menjadi calon anggota legislatif.
Kalau rasa malu itu masih ada, para kepala daerah di negeri ini akan menjadi teladan yang baik bagi masyarakat. Tidak akan banyak yang menunjukkan hidup dalam kemewahan sementara masyarakat yang dipimpinnya masih banyak yang kelaparan. Mereka tidak akan berlomba membeli kendaraan dinas dan membangun rumah dinas yang mewah sementara banyak gedung sekolah yang ambruk.
Rasa malu akan melahirkan pegawai negeri sipil yang senantiasa memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat. Tidak menarik berbagai pungutan liar dari masyarakat, tidak bolos dan tidak keluyuran pada jam kerja. Para guru dan dosen tidak akan bolos mengajar. Mereka akan mempersiapkan bahan ajar dengan sebaik-baiknya. Sementara itu, para pejalar/mahasiswa yang punya rasa malu akan belajar sungguh-sungguh. Tidak akan nyontek pada saat ujian. Berusaha mempersembahkan prestasi terbaik untuk orangtua, bangsa dan negara.
Rasa malu merupakan ajaran para nabi-nabi terdahulu, sehingga perlu dipelihara sebagai akhlak yang menghiasi kehidupan. Jangan sampai terus terkikis oleh krisis multidimensi yang menimpa bangsa ini. Karena itu, marilah kita belajar kembali ”ilmu malu”. Bila tidak, apa kata dunia?


Read More......

Paintball Black Car Community



Sabtu (14/3), sejumlah anggota Black Car Community terlibat baku tembak di samping Rektorat Universitas Tanjungpura. Dor! Dor! Dor! Mereka berusaha menghabisi dan memperebutkan bendera lawan. Tiap regu, terdiri dari lima orang. Banyak yang cidera. Banyak juga yang terjungkal karena menghindari tembakan. Intinya, seru abis!




Read More......

17 Maret 2009

Waspadai HALT Kita!

Oleh: Hamdani, SE

Banyak literatur yang menjelaskan pentingnya kita memiliki kecerdasan emosional untuk meraih kesuksesan. Daniel Goleman misalnya menyatakan, IQ menyumbang kira-kira 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80% diisi oleh kekuatan-kekuatan lain, diantaranya itulah EQ. Bahkan kitapun tidak cukup hanya berbekal IQ dan EQ untuk sukses, kita harus memiliki kecerdasan spiritual (SQ).

Robert K Cooper dkk dalam buku Executive EQ: Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan dan Organisasi menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Saya juga ingin mengutip pandangan BS Wibowo (SHOOT, 2002), yang menyebutkan diantara ciri seseorang yang memiliki kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, kemampuan bergaul dengan orang lain, berempati dan berdoa.
Jadi kata kunci kecerdasan emosional terletak pada kemampuan kita mengontrol emosi. Sebab emosi ibarat pisau bermata dua. Bisa menghancurkan, bila kita tidak mampu mengendalikannya. Karenanya, dalam tulisan kali ini saya ingin menegaskan perlunya mewaspadai dan mengendalikan HALT kita. Dalam bahasa inggris, barangkali secara sederhana ”halt” diartikan perhentian, atau tempat berhenti sejenak. Namun, yang saya maksud HALT adalah singkatan dari hungry, anger, lonely, dan tired. Keempat hal ini sangat erat kaitannya dengan emosi kita. Milikilah kewaspadaan saat anda mengalami kelaparan, marah, kesepian, dan keletihan.

H = Hungry (lapar)
Bagaimana rasanya saat anda sangat lapar? Saat lapar, seseorang cenderung sensitif. Begitu mudah tersinggung, emosi atau marah. Orang kadang berfikir singkat saat lapar. Jika ditelusuri, berbagai masalah di negeri ini—misalnya meningkatnya angka kriminalitas pencurian atau perampokan—sesungguhnya muncul karena masih banyak masyarakat yang kelaparan. Banyak masyarakat di bawah garis kemiskinan yang belum tercukupi kebutuhan pokoknya. Pemerintah belum berhasil mengatasi kemiskinan, walaupun sudah beragam program atau proyek pengentasan kemiskinan telah digulirkan. Sementara itu, orang-orang kaya di negeri ini kurang kepedulian. Kurang tergerak hatinya menyaksikan kemiskinan di depan matanya.
Masalah ”kantong tengah” ini memang sensitif. Bahkan ibadah pun bisa terganggu. Beberapa pekan lalu, kita mendapat kabar dari koran ini ribuan jamaah haji Indonesia rebutan makanan karena kelaparan. Ana Enterprises and Services (AES), perusahaan katering yang dipercaya pemerintah gagal menyiapkan ransum makanan bagi jamaah haji Indonesia saat puncak peribadatan haji, yakni wukuf di Arafah. Namun kita berharap, masalah ini tidak mengganggu kekhusyuan pelaksanaan ibadah haji.
Barangkali ada yang bertanya, lantas bagaimana dengan orang yang mengkorupsi uang negara: apakah karena mereka kelaparan? Tidak! Sesungguhnya mereka bukan kelaparan tetapi malah merekalah yang membuat sebagian masyarakat di negeri ini kelaparan. Sebab mereka mengambil ”jatah rakyat”. Dan itulah keserakahan.
Orang cerdas adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya. Salah satu latihan yang sangat baik bagi kita agar bisa mengendalikan rasa lapar adalah berpuasa. Bahkan saat berpuasa, kita tidak hanya dilatih mengendalikan rasa haus dan lapar, tetapi mengendalikan seluruh anggota badan dan hawa nafsu. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: ”Apabila salah seorang diantara kalian berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan gaduh. Jika ada seseorang memakinya atau memusuhinya, hendaklah ia (orang yang berpuasa) mengucapkan: ”Sesungguhnya saya sedang berpuasa.”

A = Anger/Angry (marah)
Apakah anda tenang atau pemarah? Apakah anda sering merasakan amarah yang meluap-luap? Jika ya, waspadalah: anger is danger. Coba ingat-ingat ketika anda marah? Kemarahan menunjukkan ketidakmapuan anda mengendalikan termometer emosi.
Ketika anda merasa tidak nyaman dengan sesuatu, anda mulai merasa terganggu. Kemudian mulai timbul rasa kesal, rasa jengkel meningkat. Anda mulai mengomel karena jengkel, bahkan cenderung menaikkan nada suara. Saat marah, bicara menjadi mulai agak ketus, berteriak atau memaki. Lebih parah lagi, ketika anda tidak mampu mengendalikan termometer emosi anda yang semakin meninggi, rasa kekecewaan kadang pula dilampiaskan secara fisik kepada benda yang tidak mengerti apa-apa, bahkan menyerang seseorang secara fisik.
Karena itu, Rasulullah Saw melarang umatnya marah. Dalam salah satu riwayat, Abu Hurairah ra menerangkan bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Nabi Saw: ”Berilah aku nasihat.” Beliau menjawab, ”Janganlah kamu marah.” Orang itu berkali-kali minta nasihat kepada Nabi, tetapi Nabi Saw tetap menjawabnya: ”Janganlah kamu marah!”.
Artinya, kita harusnya memiliki manajemen kemarahan (anger management), yaitu kemampuan mengontrol diri saat marah. Rasulullah saw juga bersabda: ”Yang dikatakan orang yang kuat bukanlah orang yang menang bergulat. Tetapi, yang dikatakan orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah.” Dalam Al Quran surah Ali Imran ayat 134, dijelaskan ciri-ciri orang yang bertakwa, diantaranya adalah orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan kesalahan orang.

L = Lonely (kesepian)
Apakah anda mengetahui bahwa lebih dari 70% orang bunuh diri karena merasa kesepian? Rasa kesepian dapat membuat orang menjadi defresif, sehingga akhirnya mereka terjerumus menjadi pecandu alkohol maupun drugs. Dan apakah anda tahu bahwa kesepian itu bisa menjadi pemicu potensial penyebab penyakit jantung koroner ataupun kanker? Suatu penelitian bahkan pernah mengatakan bahwa pada tahun pertama setelah ditinggal mati oleh orang yang kita kasihi, maka resiko faktor angka kematian akan meningkat tujuh kali lipat jauh lebih tinggi. Karenanya, hati-hati saat anda mengalami kesepian.
Kesepian (lonely) tidak berarti seorang diri (alone). Sebab di dalam dunia yang penuh hiruk-pikuk dan hingar-bingar ini sekalipun, ternyata banyak sekali orang yang merasa kesepian. Meski demikian, ada kaitan antara kesepian dengan kesendirian, dimana biasanya orang merasa kesepian pada saat seorang diri. Menurut Baron dan Byrne (1997), kesepian didefinisikan sebagai keadaan emosional yang berasal dari keinginan untuk memiliki hubungan interpersonal yang dekat tetapi tidak bisa mendapatkannya.
Sears dkk (1999) menjelaskan kesepian terjadi di dalam diri seseorang dan tidak dapat dideteksi hanya dengan melihat orang tersebut, sehingga kesepian lebih bersifat subjektif yang kita rasakan pada saat hubungan sosial kita mengalami suatu kekurangan yang bisa bersifat kuantitatif—seperti kita mungkin tidak mempunyai teman atau mempunyai sedikit teman dimana tidak seperti yang kita inginkan; dan dapat pula bersifat kualitatif seperti kita mungkin merasa bahwa hubungan sosial kita kurang memuaskan dibandingkan dengan apa yang kita harapkan.
Kadang-kadang kesepian ditimbulkan oleh perubahan hidup yang menjauhkan kita dari teman-teman atau hubungan yang akrab. Tidak semua orang dapat melepaskan diri dari derita kesepian. Orang-orang yang kesepian merasakan putus asa (merasa panik dan tidak berdaya), tertekan, rasa bosan yang tidak tertahankan dan cenderung mengutuk diri sendiri (Deaux dkk. 1993).
Sekali lagi, saat anda kesepian waspadalah. Ingatlah pada Allah SWT. Sebuah ayat dalam surah Al Baqarah ayat 186 patut kita renungkan. ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

T = Tired (keletihan)
Masalah keletihan tidak boleh dianggap remeh. Sepulang bekerja, keletihan sangat terasa karena sibuk rapat, berpikir, menghadap komputer, atau karena banyaknya persoalan yang ada dan belum terselesaikan di tempat kerja. Waspadalah, keletihan juga bisa berdampak pada kondisi emosi kita.
***
Mulai sekarang, berhati-hatilah anda pada keempat ”titik perhentian” tadi. Marilah kita belajar mengendalikan diri saat lapar, marah, kesepian, dan keletihan. Sebab, kegagalan mengendalikan hawa nafsu (emosionalitas) dapat mengalahkan kemampuan berpikir rasionalitas, sehingga menurunkan produktivitas berfikir, bersikap dan bertindak. Dan tindakan dan emosi yang tidak berakar pada nilai-nilai spiritual, maka laksana pohon tinggi yang tidak memiliki akar yang kuat. Ia rawan patah kalau diterjang badai ujian, suap dan cobaan.


Read More......

Antara Dua Umur

Oleh: Hamdani, SE
BILA DIRENUNGKAN, ternyata kita mempunyai dua umur. Pertama, umur biologis. Yaitu umur kita dari lahir hingga meninggal dunia. Setiap orang sudah ditentukan umurnya oleh Allah swt. Tidak ada yang bisa menambahkan ataupun menguranginya sedikitpun. Bila tiba saatnya, setiap orang harus meninggalkan segala kesenangan dunia dan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah swt.


Kedua, ada yang disebut umur efektif. Yaitu, umur kemanfaatan seseorang. Seberapa lama manfaat seseorang dalam kehidupan ini? Umur efektif inilah yang bisa diperpanjang. Lamanya sangat bergantung dengan kontribusi setiap orang dalam menjalani kehidupan.
Ada orang yang umur efektifnya jauh lebih panjang daripada umur biologisnya. Mengapa? Karena dia memiliki sebuah karya, ide, gagasan, atau pemikiran yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Karya dan pemikiranya tetap dipergunakan oleh orang lain walaupun dia telah meninggal dunia. Sehingga orang tetap mengingatnya, seakan-akan dia masih hidup.
Adalah Nabi Muhammad Saw, teladan terbaik sekaligus sosok manusia yang paling panjang umur efektifnya. Meninggal dunia saat berumur 63 tahun, namun pengaruhnya tetap kuat dan mengakar sangat dalam sampai sekarang—melebihi umurnya. Michael H Hart, dalam buku 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa menempatkan beliau dalam urutan pertama. “Saya berpegang pada keyakinan saya, dialah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi”, jelasnya.
Contoh lain para penemu. Mereka termasuk orang-orang yang umur efektifnya jauh lebih panjang daripada umur biologisnya. Karya atau penemuannya menjadikan mereka tetap diingat dan dikenang oleh banyak orang. Thomas Alva Edison misalnya, meninggal dunia saat berumur 84 tahun. Namun berkat penemuannya, sampai saat ini orang bisa menikmati penerangan listrik dengan bola lampu pijar. Temuan pertamanya adalah perekam suara elektronik yang dibuatnya ketika berumur 21 tahun. Kemudian dia juga menemukan dan menyempurnakan mesin telegrap yang secara otomatis mencetak huruf. Akan tetapi, yang lebih terkenal di dunia darinya adalah pengembangan bola lampu pijar yang praktis pada tahun 1879.
Atau Alexander Graham Bell, penemu telepon yang dilahirkan pada tahun 1847 di Edinburg, Skotlandia. Meskipun dia hanya mendapat pendidikan formal sebentar, dia dididik dengan cukup baik oleh keluarganya dan belajar sendiri. Minat Bell memproduksi kembali suara vokal timbul secara wajar karena ayahnya seorang ahli dalam hal fisiologi vokal, memperbaiki pidato, dan mengajar orang-orang tuli. Pada tahun 1875, dia melakukan percobaan-percobaan yang mengarah pada penemuan telepon. Bell meninggal saat berumur 75 tahun, namun penemuannya tentu menjadi kontribusi penting bagi perkembangan teknologi komunikasi saat ini.
Bila kita membuka kembali lembaran-lembaran sejarah, kita pun akan banyak menemukan sosok yang memiliki umur efektifnya jauh lebih panjang dari umur biologisnya. Kita mengenal, menghormati, dan mengenang mereka karena jasa-jasanya yang besar bagi bangsa Indonesia. Beberapa diantara mereka ada yang meninggal pada usia muda. Namun mereka telah berjuang, mengorbankan harta dan jiwanya untuk bangsa tercinta ini. Mereka memberikan karya terbaiknya bagi bangsa Indonesia.
Wage Rudolf Soepratman misalnya, pengarang lagu Indonesia Raya. Meninggal dunia saat berumur 35 tahun (17 Agustus 1938). Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem Van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya.
Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum. Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka. Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.
Diantara para pujangga, kita juga dapat menemukan sederet karya yang masih hidup. Selalu dibawakan dalam berbagai pementasan puisi atau acara-acara seremonial. Karyanya tetap hidup, meskipun pengarangnya telah meninggal dunia. Chairil Anwar misalnya, dia meninggal dunia saat berumur 27 tahun (28 April 1949). Namun buah karyanya masih dinikmati sampai sekarang. Diantara kita bahkan sangat hafal dengan puisi-puisinya. “Aku...Kalau sampai waktuku, Ku mau tak seorang kan merayu...Tidak juga kau...Tak perlu sedu sedan itu...”
Tetapi, ada juga orang yang umur efektifnya sama panjangnya dengan umur biologisnya. Begitu dia menghembuskan nafas terakhirnya, maka itulah akhir kemanfaatannya. Tidak ada kebaikkan yang dia tinggalkan yang bermanfaat bagi orang lain. Orang kemudian tidak lagi mengingatnya atau mengenangnya.
Bahkan ada juga orang yang umur efektifnya jauh lebih pendek daripada umur biologisnya. Meskipun dia masih hidup, namun kurang memberikan manfaat bagi kehidupan. Tidak ada karya atau kontribusi yang dia sumbangkan untuk kehidupan. Masyarakat kurang merasakan manfaat dari keberadaannya. Inilah orang yang hidup tetapi mati. Mudah-mudahan kita tidak termasuk kelompok yang seperti ini.

Kontribusi
Kata kuncinya ternyata adalah kontribusi. Pertanyaannya, seberapa besar kontribusi yang telah kita berikan dalam kehidupan, sesuai dengan peran, posisi, atau jabatan masing-masing? Apapun bentuk kontribusi yang diberikan seseorang, itulah bukti kemanfaatannya dalam kehidupan. Semakin banyak yang menikmatinya, berarti semakin besar kemanfaatan seseorang. Semakin lama orang lain dapat menikmatinya, berarti semakin panjang usia efektif seseorang.
Karena itu, bila kita ingin memiliki umur efektif yang lebih panjang daripada umur biologis, berkontribusilah. Buatlah karya. Berikanlah ide, gagasan, atau pemikiran yang bermanfaat bagi banyak orang dan berjangka panjang. Jadilah seseorang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. Marilah kita memulainya dengan mengubah posisi diri: dari penonton menjadi penuntun, dari pengekor menjadi pelopor, dari mental pengamat menjadi menjadi mental pengamal, dan dari pengikut menjadi pemimpin.
Orang bijak mengatakan: “Dunia tempat menanam dan akhirat tempat peristirahatan yang abadi serta tempat memetik hasil dari apa yang telah ditanam selama di dunia.” Bila kebaikkan yang kita tanam, tentu kebaikkan pula yang akan kita petik. Semoga kita dapat memetik hasil terbaik!


Read More......

PAINTBALL (WAR GAME)





- Leadership
– Strategy
– Teamwork
– Discipline
– Bravery


PAINTBALL merupakan permainan simulasi tempur (war game) yang termasuk kategori high impact outbound (berisiko tinggi). Namun, permainan ini 100% safety. Sekarang paintball sudah termasuk olah raga terpopuler. Paintball juga menempati urutan ke-3 di extreme sports ranking setelah skateboard dan wallclimbing.

TUJUAN DAN MANFAAT
Kegiatan paintball dapat mengembangkan kemampuan kepemimpinan. Menyiapkan pemimpin dalam menyusun gagasan, serta mengkomunikasikan kepada tim dan menggerakkan seluruh anggota tim menuju tujuan bersama. Permainan perang-perangan ini juga meningkatkan kemampuan membuat perencanaan, menganalisa kondisi lingkungan atau medan kerja. Melatih membuat strategi untuk mencapai tujuan tim. Bahkan kedisiplinan, keberanian, dan teamwork bisa dibangun.

DURASI DAN SKENARIO
Kegiatan Paintball diselenggarakan 1-2 babak. Satu babak berlangsung selama 10-30 menit. Variasi Skenario :
•Rebut Bendera (Capture the flag): Suatu regu harus mengambil bendera dari benteng lawan kemudian membawanya ke benteng mereka sendiri dalam rangka kemenangan.
•Rebut Bendera di tengah (Centerflag): Sama seperti rebut bendera. Bedanya hanya ada satu bendera pada suatu tempat netral atau di pusat area permainan. Kemenangan dicapai dengan mengambil bendera tersebut dan menempatkannya pada area yang ditunjuk, umumnya ke benteng masing-masing.
•Menghabisi Lawan (Elimination): Sasarannya adalah setiap pemain berusaha untuk menghabisi atau menembak semua dari lawan mereka.

ALTERNATIF LOKASI

- Taman Agro Khatulistiwa Pontianak
- Taman Hutan Kota Pendopo Gubernuran
- Jalan Ahmad Yani II (100 meter) setelah Jaga Aman Sarana
- Lingkungan Kampus Universitas Tanjungpura
- Lokasi lain sesuai permintaan konsumen

Read More......

Program CHARACTER BUILDING TRAINING



Based on Values, Believe and Principles




Sumber daya manusia (SDM) yang memiliki karakter kuat akan mampu merubah berbagai masalah yang dihadapi. Kita membutuhkan SDM yang memiliki karakter yang mampu bekerja secara Ikhlas, Mawas, Cerdas, Keras, Tuntas, Selaras, dan Puas.


Manusia memiliki karakter yang khas dan unik. Dalam bekerja manusia sangat dipengaruhi oleh prinsip, nilai-nilai dan keyakinan (Spiritual Power) dan kekuatan motivasi (Emotional Power). Kekuatan spiritual dan emosional bersifat fluktuatif, sementara dua kekuatan ini sangat berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Memang, untuk bekerja manusia juga membutuhkan kecerdasan (Intellectual Power). Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan intelektual hanya menyumbang 20%, sementara kekuatan emosional memberi kontribusi 80% untuk mewujudkan kesuksesan (Daniel Goleman, 1996). Selain spiritual, emosional dan intelektual, sukses juga membutuhkan kesiapan fisik yang sehat dan kuat (Physical Power).

TUJUAN DAN MANFAAT
1.Menguatkan pondasi spiritual dan emosi peserta untuk membangun kesadaran perubahan diri (sense of change)
2.Merumuskan arah kehidupan pribadi (personal mission statement and commitment building).
3.Membangun karakter kejujuran (trust) dan amanah (personal care and social care)
4.Membuat perencanaan perubahan diri untuk kehidupan dunia masa depan (personal balance scorecard)
5.Membuat kebersamaan dan kontribusi untuk mengukir peran sejarah (team work and productivity).


CHARACTER’S GOAL


•Spirituality Based (Kerja Ikhlas. Membangun Pemahaman, Sifat, Nilai dan Kemampuan berikut: Kesalehan, Kejujuran, Ketuhanan, Keikhlasan, Ketulusan, Kebersihan jiwa, Ketaatan ibadah, Pengakuan dosa dan kesalahan, Komitmen moral, Kelembutan Jiwa, Soliditas Diri, Berdoa dan Memangun harapan, Sukses Jangka Panjang.
•Emotionality Based (Kerja Mawas). Membangun Pemahaman, Sifat, Nilai dan Kemampuan berikut: Kesadaran diri, Tanggung jawab, Motivasi, Disiplin, Bertahan menghadapi frustasi, Mengendalikan dorongan hati, Mengelola stres, Kepekaan sosial, Penyesuaian diri, Hasrat, Empati, Antusias, Komitmen, Keberanian dan Menghadapi resiko.
•Intellectuality Based (Kerja Cerdas). Membangun Pemahaman, Sifat, Nilai dan Kemampuan berikut: Fathonah, Kecerdasan, Kelincahan Mental, Berpikir Kritis, Berpikir Analisis, Berpikir Kreatif, Merekonstruksi gagasan dan Keluasan Wawasan.
•Physically Based (Kerja Keras). Membangun Pemahaman, Sifat, Nilai dan Kemampuan berikut: Kesehatan, Kebugaran, Kegesitan, Kecepatan Bertindak, Kelincahan, Kesediaan untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang bermanfaat.
•Managerial Based (Kerja Tuntas. Membangun Pemahaman, Sifat, Nilai dan Kemampuan berikut: Keteraturan Hidup, Keteraturan Kerja, Membuat Strategi, Kiat sukses dan Meraih Tujuan Dunia Akhirat.
•Social Based (Kerjasama. Membangun Pemahaman, Sifat, Nilai dan Kemampuan berikut: Komunikasi, Kebersamaan, Misi bersama, Keterbukaan, Sinergi, Saling Memahami dan Menasehati, serta Saling menolong untuk mewujudkan Tujuan Bersama.
•Customer Based (Kerja Puas). Membangun Pemahaman, Sifat, Nilai dan Kemampuan berikut: Pelayanan Sepenuh Hati, Bermanfaat untuk orang lain: Dermawan (sosial), tidak egois, melayani, keluarga. Memberikan pelayanan pelanggan dengan efektif, efisien, mudah, cepat dan sistematis.

PESERTA PELATIHAN

- Pengelola SDM dan Manajer
- Wirausahawan
- Politisi/Birokrat/Anggota Legislatif
- PNS
- Mahasiswa dan Pelajar

DURASI DAN MATERI PELATIHAN
Pelatihan ini diselenggarakan selama 3 hari 2 malam. Fokus materi pelatihan :
Hari I : Spiritualitas dan Emosi
•Problem, Wawasan Global, Perubahan dan Tanggung jawab.
•Membedah Value, Principle, Believed Ketuhanan dalam Diri
•Sensitivitas (Personal Sensitivity)
•Re-BORN (ESQ, Kesadaran beramal, Kekuasaan Tuhan)
•Kontemplasi: Perubahan Diri
Hari II : Leadership Building
•Kontribusi: Amal Unggulan
•Integritas: Keyakinan, Ucapan dan Tindakan
•The Keys of Success: Motivasi
•Aplikasi: Outbound with High Risk (Leadership)
•Aplikasi: Walking on the fire
•Kontemplasi: Scenario kematian (Produktivitas)
Hari III : Social Building
•The Art of Loving
•Pathology of Caring
•Aplikasi: Outbound (Team Building).
•Aplikasi: Personal Balanced Scorecard
•Building Commitment

Read More......

15 Maret 2009

Program Spiritual Journey for Students



Cerdas Spiritual, Raih Sukses Belajar

Kekuatan spiritual mendorong seseorang bekerja dengan Ikhlas, memiliki kebersihan orientasi dan tujuan. Kekuatan spiritual menjadikan seseorang memiliki arah atau tujuan pribadi yang jelas di atas prinsip yang kuat dan benar.


Membangun kekuatan spiritual para pelajar merupakan agenda yang sangat penting dan mendesak. Merosotnya prestasi belajar dan realitas potret pelajar yang diwarnai dengan berbagai masalah seperti perkelahian atau tawuran antar pelajar, pergaulan bebas, bahkan ada yang terlibat narkoba merupakan keprihatinan dan perlu mendapat perhatian semua pihak. Adanya program training Spiritual Journey for Student diharapkan menjadi salah satu upaya solusi pembinaan mental dan spiritual bagi pelajar, khususnya di daerah Kalimantan Barat.

Program Spiritual Journey for Student inipun sesungguhnya sangat sejalan dengan semangat pendidikan nasional. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 UU No.20 Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggungjawab.

TUJUAN PELATIHAN
1.Menguatkan pondasi spiritual dan emosi pelajar, sehingga lahir kesadaran perubahan diri dan mampu merumuskan arah kehidupan pribadinya di masa depan.
2.Membangun karakter kejujuran dan amanah dalam diri pelajar, menghormati dan memperhatikan adab kepada guru dan orang tua.
3.Meningkatkan pengenalan para pelajar terhadap Allah SWT, Rasul dan Dienul Islam.
4.Membangun kembali keteguhan prinsip dan menemukan kebenaran hati nurani (fitrah) yang berpusat pada kekuatan spiritual, sehingga para pelajar dapat menilai tindakan, jalan hidup serta memberi makna terhadap setiap peristiwa yang dialaminya.
5.Membangun komunikasi, kebersamaan, keterbukaan, sinergi saling memahami dan saling menolong sesama pelajar, sehingga tidak terjadi lagi tawuran antar sesama pelajar.

MATERI PELATIHAN

1.Konsep Diri Pribadi Muslim
2.Mengenal Allah SWT Sebagai Pencipta, Penguasa dan Tuhan yang Harus Disembah.
3.Mengenal Rasulullah Sebagai Teladan dan Inspirasi bagi Kehidupan.
4.Bangga Sebagai Seorang Muslim
5.Perencanaan Diri dan Manajemen Waktu
6.Say No To Drugs

Read More......

11 Maret 2009

The 7 Islamic Daily Habits



Hidup Islami dan Modern Berbasis Al Fatihah

Untuk mewujudkan Negara yang kuat dan bermartabat diperlukan sumber daya insani yang mumpuni. Di antara cara mewujudkan hal tersebut adalah lewat pendidikan dan pelatihan.


Satu hal yang patut disyukuri, di tengah-tengah kondisi memprihatinkan di negeri ini, baik karena aspek moral, pendidikan, ekonomi dan problematika lain, anak negeri ini tidak pernah putus asa memberikan kontribusi dan mencarikan solusi buat perbaikan bangsa ke depan.
Bermunculannya pelatihan-pelatihan yang tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga pelatihan melejitkan kecerdasan spiritual, emosional, dan sosial adalah bukti konkrit bahwa usaha mewujudkan Indonesia lebih baik ke depan tidak mengalami jalan buntu.
Pelatihan ini dikemas dengan nuansa islami karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Meningkatnya sumber daya insani dari umat Islam sangat menentukan lahirnya Indonesia yang kuat dan bermartabat. Sebaliknya, jika umat Islam tidak berkualitas maka Negara ini berpotensi akan terpuruk. Meskipun demikian, pelatihan ini bersifat terbuka untuk siapa saja yang merindukan alternatif perbaikan, karena tujuh prinsip yang dikembangkan dalam pelatihan ini merupakan sari dari semua isi kitab suci samawi.
The 7 Islamic Daily Habits adalah model yang disarikan dari 7 ayat yang terkandung dalam Surah Al-Fatihah. Setiap ayat dijadikan satu prinsip yang disingkat menjadi B5KB.
B5KB adalah singkatan dari: Bismillah setiap memulai pekerjaan, Bersyukur atas segala nikmat, Berfikir positif kepada Allah, Berorientasi akhirat, Beribadah dan berdoa, Konsiten dalam komitmen, dan Bercermin.
Tujuh prinsip tersebut saling berhubungan dan tidak boleh diambil hanya sebagian saja.


HARAPAN Pasca Pelatihan
Setelah pelatihan, peserta diharapkan memiliki tujuh kebiasaan unggul, yaitu:
1. Menjadikan bismillah sebagai kebiasaan mengawali sukses.
2. Mengembangkan kompetensi diri dengan metode syukur.
3. Memiliki mental yang sehat dan kokoh dengan formula berpikir positif kepada Allah.
4. Memiliki kemampuan membaca masa depan dengan formula berorientasi akhirat.
5. Semakin rajin beribadah dan berdoa dengan formula beribadah dan berdoa.
6. Memiliki komitmen untuk konsisten dalam jalur kebaikan.
7. Cerdas membaca dan memilih cermin kehidupan.


Keunggulan Metode B5KB
1. B5KB adalah tujuh nilai luhur yang sudah tertanam di lubuk hati setiap muslim sejak kecil.
2. Mudah diingat dan pasti diingat, karena mengucapkannya minimal 17 kali adalah kewajiban bagi setiap muslim.
3. Menerapkannya bernilai ibadah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
4. Kandungannya adalah sari dari semua nilai yang terdapat dalam kitab samawi, bukan teori manusia.


Bentuk Pelatihan
Pelatihan dilakukan dalam bentuk indoor, dan sebagiannya bisa dilakukan secara outdoor, disertai dengan simulasi-simulasi penuh makna yang diambil dari al Qur’an maupun sunnah. Pelatihan dilakukan selama dua hari. Empat prinsip diselesaikan di hari pertama dan tiga prinsip lainnya diselesaikan di hari berikutnya.

Fasilitator Pelatihan
Trainer terdiri dari orang-orang yang berpengalaman dan profesional di dunia training dan di dampingi oleh minimal satu trainer yang memahami secara baik kandungan Surah Al-Fatihah, diantaranya : Ustadz Harjani Hefni, MA; Ustadz Didik M Nur Haris, Lc; Ustadz Samson Rahman, MA; Ustadz Fahmi Salim, MA; Ustadz DR Amir Faishol, MA ; Ustadz Ir Marjoko Purnomosidi

Informasi
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami :

PONTIANAK : Kantor Trustco Pontianak. Jalan Abdurrahman Saleh III No.7 Pontianak Telp/Fax (0561) 735155. Contact Person: Hamdani, SE (081345229701)
JAKARTA : Kantor IKADI Jakarta Jalan Batu Ampar III No.19, Condet Jakarta Timur 13520 Telp. 021-8014918, 98820806. Fax 021-8014918. Contact Person: Ustadz Samson Rahman (08129674803)

Bila diperlukan, kami juga siap memberikan presentasi langsung ke kantor/instansi saudara.

Read More......

03 Maret 2009

Persembahan TRUSTCO untuk Kalimantan Barat



Best Programs for Government, Corporate, Campus, and School

Lembaga Manajemen Terapan TRUSTCO Pontianak merupakan lembaga yang mempunyai perhatian di bidang manajemen, khususnya manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang bersifat praktis dan bermanfaat. Trustco melayani berbagai program pelatihan untuk peningkatan sumber daya manusia.



“Kami yakin bahwa lembaga, bangsa dan ummat yang sejahtera dapat diperoleh melalui kecerdasan sumber daya manusianya. Bahwa hanya dengan belajar secara terus-menerus kita akan dapat menyiapkan manusia yang berkualitas. Bahwa hanya dengan menciptakan organisasi pembelajar yang secara terus-menerus kita akan siap menghadapi semua tantangan dan perubahan saat ini dan akan datang,” ujar Hamdani SE, Direktur Trustco Pontianak.
Sebagai sebuah kontribusi untuk terus mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan berbasis pada spiritual, emosional, intelektual dan fisik, Trustco Pontianak mempersembahkan beberapa program terbaik, diantaranya:
1. Outbound Training
Alam bebas dengan segala tantangan dan kesulitannya merupakan sarana terbaik untuk melatih dan menempa pribadi serta membentuk sikap mental. Program Outbound yang kami tawarkan ini diantaranya bermanfaat untuk membangun jiwa kepemimpinan (Leadership), pengembangan tim (Team Building), pengembangan strategi, gagasan dan karya (Productivity Development). Program Outbound kami desain dengan berbagai variasi permainan yang menarik dan menantang, mulai dari yang beresiko rendah (low impact), sedang (middle impact) dan tinggi (high impact).
2. Character Building Training
Sumber daya manusia yang memiliki karakter kuat akan mampu merubah berbagai masalah yang dihadapi. Program ini dirancang sebagai jawaban karena kita membutuhkan SDM yang memiliki karakter yang mampu bekerja secara Ikhlas, Mawas, Cerdas, Keras, Tuntas, Selaras, dan Kualitas.
3. Employee & Family Gathering
Rutinitas kerja merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mengakibatkan kejenuhan yang akhirnya akan berakibat pada menurunnya tingkat produktivitas dan kinerja seseorang. Program Gathering merupakan upaya penyegaran kembali yang dapat menghilangkan kejenuhan melalui kegiatan rekreasi yang inovatif dengan memanfaatkan media alam terbuka.
4. Service Excellence
Program ini diinspirasi agar organisasi memberikan pelayanan prima kepada pelanggannya. Sebab, organisasi akan mampu berkembang jika mampu merespon dan melayani kebutuhan pelanggan. Pelayanan pelanggan yang memuaskan membuat pelanggan akan loyal kepada lembaga dan produk.
5. Spiritual Journey
Pelatihan ini penting karena dalam bekerja manusia sangat dipengaruhi oleh prinsip, nilai-nilai dan keyakinan (Spiritual Power) dan kekuatan motivasi (Emotional Power). Untuk mengembangkan manusia kita perlu menguatkan nilai, sistem nilai dan keyakinan yang kuat dalam dirinya. Landasan keyakinan yang paling kuat dapat digali dalam dari nilai-nilai spiritual. Kekuatan spiritual mendorong seseorang bekerja dengan Ikhlas, memiliki kebersihan orientasi dan tujuan.
6. Speed Reading
Ada jutaan informasi yang beredar di sekitar kita yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan. Terlebih untuk menjadi profesional dalam bidang apapun, kita harus banyak membaca informasi. Disinilah pentingnya program pelatihan Speed Reading yaitu untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat dan efektif, sehingga dengan waktu yang ada kita dapat memperoleh informasi jauh lebih banyak.
Hamdani SE menuturkan bahwa Trustco Pontianak siap membantu dan menjadi mitra bagi instansi pemerintah, perusahaan, kampus, dan sekolah yang ingin menyusun program terbaik dalam upaya pengembangan sumber daya manusia di Kalimantan Barat. Anda dapat menghubungi LMT Trustco Pontianak di Jalan Abdurrahman Saleh III No.7 Pontianak Telpon/ Fax (0561) 735155 atau Contact Person saudara Hamdani SE (081345229701).

Read More......

02 Maret 2009

Outbound KIAT



Hari terakhir Diklatpim IV Bandiklat Kalbar (29/1) diisi dengan aktifitas outbound di taman Agro Khatulistiwa Pontianak. Sejumlah 40 peserta dari Kabupaten Melawi bersemangat mengikuti berbagai simulasi yang diberikan. Tampak salah satu kelompok sedang menyesaikan tantangan "Human Tower".
Berbagai simulasi/permainan dalam outbound seperti ini bertujuan untuk melihat seseorang dalam wujud asli, sehingga terlihat berbagai potensi, kelebihan dan kelemahan pribadinya, serta peserta dapat mengambil berbagai hikmah dari berbagai permainan. Selain itu, untuk membangun jiwa kepemimpinan (Leadership), pengembangan tim (Team Building), pengembangan strategi, gagasan dan karya (Productivity Development).

Read More......

28 Februari 2009

Outbound Komunitas Outlet Merah Pontianak (KOMPAK)



Pada tanggal 17 Januari 2009 lalu, TELKOMSEL Pontianak menggelar "Outbound Kompak 2009" bagi Komunitas Outlet Merah Pontianak. Bertempat di Taman Agro Khatulistiwa Pontianak, kegiatan outbound yang mengangkat tema "Bangun Kekompakkan, Raih Keuntungan" tersebut diikuti sekitar 100 orang peserta.
Selama outbound, peserta mengikuti berbagai game yang menantang dan seru. Diantaranya flying fox, paintball (war game), two line bridge, balancing bridge, dan menara telkomsel.

Read More......

27 Februari 2009

Hukum Tanam Tuai

Oleh: Hamdani, SE

Untuk meraih sukses, ada sebuah hukum sederhana yang bisa diikuti, hukum tanam tuai. Siapa yang menanam, merawat, membesarkan dan sabar menunggunya akan dapat menuai dan memetik hasilnya dengan baik.

Kita tidak akan pernah menuai atau memetik buah rambutan dari halaman rumah sendiri, sebelum kita memiliki pohon rambutan yang tumbuh di halaman rumah. Kita tidak akan menuai atau memetik buahnya, sebelum kita menanam dan merawatnya dengan baik. Kita tidak akan menanam, sebelum kita menginginkan dengan kuat (memiliki motivasi yang kuat) agar pohon rambutan tersebut tumbuh subur di halaman rumah kita.
Begitulah alam mengajarkan. Ada proses yang harus dilalui untuk menggapai keberhasilan. Hal ini tidak hanya berlaku sebagai rumus bagi kehidupan pribadi, tetapi juga bagi sebuah organisasi masyarakat, partai politik, perusahaan, ataupun pemerintahan.

Apa yang kita tanam?
Bila kita menanam jeruk, tumbuh jeruk. Menanam pisang, tumbuh pisang. Menanam mangga, tumbuh mangga. Adalah tidak mungkin bila kita menanam pisang, kemudian tumbuh menjadi mangga. Jika ada, itu namanya keajaiban dunia. Karenanya, penting bagi kita untuk memperhatikan apa yang telah kita tanam selama ini.
Ambil contoh soal partai politik misalnya. Bagi para pengurus partai politik, tentu simpati, dukungan, dan kepercayaan dari masyarakat sangatlah penting. Masyarakat diharapkan menjatuhkan pilihan kepada partainya atau kader-kader “terbaiknya” pada saat pemilihan umum maupun pilkada. Itu adalah buah yang bisa dipetik bila para pengurus partai, para kader dan anggota legislatifnya mau menanam kepedulian terhadap masyarakat. Sensitif terhadap permasalahan masyarakat. Mau memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Membuat program-program yang memihak kepentingan masyarakat, bukan hanya pada saat atau menjelang pemilu maupun pilkada.
Namun, sederet kekecewaan, kebencian, dan antipati masyarakatlah yang dituai bila selama ini para pengurus partai, kader, dan anggota legislatifnya cuek alias tidak peduli dengan derita masyarakat. Disaat masyarakat terjepit derita kemiskinan, anggota legislatif tertawa bahagia menikmati uang rapel dan kenaikkan gaji. Jangan sebut soal dukungan pada saat pemilu atau pilkada, bila perilaku para kader partai yang menjadi legislatif atau eksekutif kerapkali melukai hati masyarakat.
Saya pun sering mendengar para politisi di daerah ini mengeluhkan banyaknya masyarakat yang mengajukan proposal untuk meminta bantuan dana kepada partai maupun kepada personal untuk kegiatan ini dan itu, pembangunan ini dan itu. Masyarakat seakan memposisikan partai ataupun anggota legislatif sebagai “lumbung duit”. Adalah wajar hal ini terjadi, sebab itulah yang ditanamkan para politisi selama ini. Setiap kali pemilu atau pilkada digelar, selalu mencuat ada money politic. Tentu akan berbeda ceritanya bila yang dikembangkan adalah politik yang bersih.
Dalam konteks pemerintahan, hukum tanam tuai ini pun bekerja. Apa yang pemerintah daerah tanam, itulah yang akan dituai. Bila kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) yang ditanam dan dirawat, maka KKN akan terus tumbuh subur, kemudian akan menggerogoti kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Akan banyak temuan dan kebocoran dimana-mana. Kualitas pelayanan publik menjadi menurun, dan masyarakat tidak akan percaya lagi dengan pemerintah daerah. Selanjutnya, berbagai kemungkinan bisa saja terjadi.
Pelayanan publik yang baik tentunya lahir dari tata kelola pemerintahan yang baik pula (good governance). Diantaranya disana ada kepastian hukum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, kepentingan umum, efisensi dan efektivitas. Karenanya, akan sangat terkait dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Bila ditelusuri, penyakit KKN merupakan buah dari bobroknya sebagian mental para aparatur. Itu juga buah dari “sangsotnya” proses rekruitmen dan minimnya pembinaan mental spiritual. Namun apa yang terjadi sebenarnya? Sesungguhnya saya tidak berani menduga-duga. Saya pikir pemerintah daerahlah yang paling tahu apa yang sudah dan sedang ditanamnya. Buahnya? Yang jelas, masyarakat juga yang akan “menikmati”.
Apa yang sudah kita tanam? Inilah pertanyaan yang perlu direnungkan kita semua. Contoh lain misalnya soal problematika generasi muda. Berbagai kalangan di daerah ini mendambakan lahirnya generasi penerus yang berkualitas. Generasi yang memiliki karakter kuat, memiliki integritas, yang kemudian bisa diharapkan melanjutkan estafet pembangunan di daerah ini. Pertanyaannya adalah, apa yang ditanamkan kepada generasi muda hari ini? Mengapa pula kita masih membaca di media massa pemerintah daerah begitu pelit mengalokasikan anggaran untuk pendidikan, pelatihan, dan pembinaan generasi muda?

Rawat dan Tuailah
Sebagian kita kadang tidak sabar. Ingin cepat, dan tidak mau repot-repot. Tidak mau susah menanam. Tidak mau sibuk merawat. Padahal ada proses dan tahapan yang harus dilalui. Keindahan taman bunga tidak akan bisa kita nikmati begitu saja dengan sekedar menanam bunga. Tetapi harus ditata dan dirawat dengan baik. Disirami setiap hari. Rumput yang mengganggu pun harus dicabuti.
Itulah fitrah alam. Karenanya, kita perlu menghindari berpikir jangka pendek, cepat beres dan tidak sabar. Ada jarak antara saat menanam dengan saat panen, dan itu memerlukan pengorbanan. Ada pula jarak antara saat kita bekerja dengan penuh ketekunan dengan kesuksesan yang diraih.
Tapi yakinlah, bila kita menanam kebaikkan, akan menuai kebaikkan. Berbuat baiklah, sebagaimana setiap orang ingin diperlakukan dengan baik. Memberilah dahulu, baru kita akan menerima. Jika kita berbuat baik, sesungguhnya kita berbuat baik untuk diri kita sendiri. Jika kita berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi diri kita sendiri. Begitulah agama yang saya yakini mengajarkan.
Jika baru mulai menanam hari ini, jangan berharap langsung bisa memetik buahnya besok. Bersabarlah, dan rawatlah dulu, baru anda akan memetik hasilnya.

Penulis adalah trainer muda Lembaga Manajemen Terapan TRUSTCO Pontianak

Read More......

Belajar Mendengarkan

Oleh: Hamdani, SE

Ternyata rahasia kemampuan komunikasi bukan hanya terletak pada kemampuan berbicara, menyampaikan ide dan gagasan. Kemampuan komunikasi terkait erat dengan kemampuan mendengarkan. Hasil penelitian tentang keterampilan komunikasi yang dilakukan oleh Rankin (1929) menunjukkan hasil bahwa dalam komunikasi sarana yang banyak digunakan adalah mendengarkan (45%), berbicara (30%), membaca (16%), dan menulis (9%). Penelitian serupa juga dilakukan Baerker (1980), dan menyajikan hasil yang tidak jauh berbeda, yaitu komunikasi membutuhkan sarana mendengarkan (53%), berbicara (16%), membaca (17%), dan menulis (14%).

Kedua hasil penelitian tersebut menegaskan bahwa kebutuhan mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi yang paling penting. Sayangnya, kebanyakan dari kita adalah pendengar yang buruk. Tidak mau mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Kerap kali memotong pembicaraan orang. Ketika ada yang berbicara, sibuk dengan diri sendiri. Tidak menghargai orang yang berbicara. Masih melihat siapa yang berbicara, bukan pada apa yang disampaikannya. Lebih melihat cara penyampaian, bukan pada isi pembicaraan.
Barangkali itulah yang membuat JA Devito (1997) berkomentar: ”Mendengar secara efektif tidaklah mudah, diperlukan waktu dan energi.” Sebab memang mendengar bukan sekedar "masuk kiri keluar kanan" atau sebaliknya. Mendengar berarti benar-benar mencoba memahami apa yang dikatakan orang lain. Mendengar adalah sebuah proses serius. Namun, bila kita mau belajar dan berlatih, tentu masih ada peluang untuk memperbaiki efektifitas mendengarkan. Sebab keterampilan komunikasi inilah yang akan digunakan untuk mempengaruhi orang lain, keluarga, organisasi, tim, atau meneruskan ide dan gagasan kepada orang yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama.
Sudahkah anda belajar mendengarkan? Stephen R Covey menyangsikan hal itu. Menurutnya, anda sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun belajar bagaimana membaca dan menulis, bertahun-tahun belajar bagaimana berbicara. Tetapi, bagaimana dengan mendengarkan? Pelatihan atau pendidikan apa yang sudah anda dapatkan yang memungkinkan anda mendengarkan sehingga anda benar-benar mengerti orang lain secara mendalam.
Ya, belajar mendengarkan. Ada sebuah kebiasaan yang kerap dilakukan oleh orang-orang cerdas dan para ulama besar. Kebiasaan yang menjadi jalan mereka untuk mengetahui aib dirinya. Menurut Said Hawwa, salah satunya adalah dengan ia meminta kepada seorang teman yang jujur, beragama dan “tajam penglihatan” menjadi pengawas dirinya untuk memperhatikan berbagai keadaan dan perbuatannya, kemudian menunjukkan kepadanya berbagai akhlak tercela, perbuatan yang tidak baik dan aibnya, baik yang batin ataupun yang zhahir. Intinya, meminta masukan pada orang lain atas kekurangan dalam diri.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan. Umar ra berkata: ”Semoga Allah merahmati seseorang yang menunjukkan aib diriku.” Umar ra biasa bertanya kepada Salman tentang aib dirinya. Ketika Salman datang kepadanya, Umar ra bertanya: ”Apa yang telah kamu dengar tentang diriku yang tidak kamu sukai?” Salman tidak bersedia mengatakannya, tetapi setelah didesak terus oleh Umar ra akhirnya ia mengatakan: ”Aku mendengar bahwa engkau mengumpulkan dua macam kuah dalam satu hidangan, dan engkau punya dua jubah, satu jubah untuk siang hari dan satu jubah lagi untuk malam hari.” Umar ra bertanya: ”Apakah ada lagi yang kamu dengar selain itu?” Salman menjawab: ”Tidak” Umar ra berkata: ”Adapun dua hal itu maka akan aku tinggalkan.”
Umar ra juga bertanya kepada Hudzaifah seraya berkata: ”Kamu adalah pemegang rahasia Rasulullah saw tentang orang-orang munafiq, apakah kamu melihat suatu fenomena kemusyrikan dalam diriku?” Yang menarik, sekalipun Umar ra memiliki kedudukan yang sangat mulia dan tinggi di kalangan para sahabat, tetapi beliau tidak segan meminta dan mendengar kritikan dari sahabat yang lainnya. Beliau begitu curiga terhadap dirinya sendiri.
Mari bandingkan dengan kondisi saat ini. Kita menyaksikan banyak kalangan tidak siap mendengar saran, masukan maupun kritik. Apalagi bila kritik tersebut datang dari seseorang yang dianggap tidak selevel dengannya. Sejumlah pimpinan tidak mau mengakomodir pendapat bawahannya. Para elit cuek dengan aspirasi dari masyarakat yang dipimpinnya. Sejumlah politisi kerap tidak ambil pusing saran konstituennya. Atau maaf, kalaupun mendengar, hanya berpura-pura mendengar. Masih mendengar secara selektif. Sedikit sekali yang mendengar dengan empatik. Mendengar dengan maksud untuk mengerti. Benar-benar berusaha untuk mengerti.
Entahlah. Saya tidak tahu apakah banyak diantara kita yang mengalami penyakit kesulitan mendengar atau tidak. Saya tidak bermaksud bahwa mereka tuli. Saya pernah membaca sebuah artikel di internet, seorang penulis mengutip pandangan Kevin J Murphy dalam buku berjudul ”Back to Basics Listening”. Dijelaskan ada lima kendala dalam proses mendengar, saya kutip beberapa diantaranya.
Pertama, preconceived ideas. Gejala inilah yang melahirkan istilah "pikiran sempit atau cetek", "keras kepala" atau "masuk kiri keluar kanan" atau malah "otak udang" dan "otak di dengkul". Preconceived ideas adalah berbagai ide dan gagasan atau pemahaman yang sudah terlanjur mendominasi pemikiran seseorang. Kendala ini mengakibatkan munculnya penolakan terhadap berbagai input baru ke dalam pemikiran. Kendala ini juga berhubungan dengan ego, rasa tidak nyaman dan kemalasan. Dampaknya adalah kecenderungan untuk menggeneralisir dan bereaksi tanpa fakta-fakta yang lengkap.
Berikutnya adalah a lack of interest. Kendala ini, masih menurut Kevin J Murphy, adalah kendala yang paling susah dijinakkan. Manusia cenderung mengaitkan sesuatu hanya dengan hal-hal yang dimengerti, dengan orang atau dengan sesuatu yang bisa memberi manfaat secara pribadi. Jika sesuatu tidak menarik, anda cenderung akan mengabaikannya. “Adalah lebih mudah untuk mendengarkan tentang kenaikan gaji atau kenaikan penjualan. Mengapa? Sebab hal-hal itu memang lebih mudah dimengerti dan mempunyai akibat langsung yang bisa diukur”, jelasnya.
Kendala lain yang dianggap menghambat efektifitas proses mendengar adalah talking too much. Ada yang mengatakan, seseorang yang terlalu banyak berbicara cenderung dilatarbelakangi oleh rasa bersalah, takut, khawatir, tidak nyaman atau sifat egois. Orang yang talkholic merasa bahwa mereka harus bicara, wajib bicara, hanya untuk mendengar dirinya sendiri berbicara. Efek samping dari berbicara terlalu banyak adalah hilangnya dialog yang penuh arti karena pihak lain yang log out. Orang lain justru akan mengabaikannya. Orang bijak mengatakan: “Semakin banyak kamu berbicara, semakin sedikit kamu mendengarkan. Semakin banyak kamu berbicara, semakin sedikit orang yang lain akan mendengarkan.”
Semoga kita bisa menjadi pendengar yang baik. Bukankah Allah SWT memberi kita dua telinga dan satu mulut, supaya kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara?

Penulis adalah trainer muda Lembaga Manajemen Terapan TRUSTCO Pontianak.

Read More......

Outbound Training Bersama TRUSTCO Pontianak

Get learning in challenge, excite, inspiring, fun, and friendly

Pengembangan kekuatan dan potensi sumber daya manusia harus dilakukan secara sistematis, terprogram dan terus-menerus dengan menyentuh seluruh aspek kekuatan dan potensi manusia. Karena itu, Lembaga Manajemen Terapan TRUSTCO Pontianak membuka program Outbound Training sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia, terutama untuk membangun jiwa kepemimpinan (leadership), pengembangan tim (team building), pengembangan strategi, gagasan dan karya (productivity development).

Hamdani SE, Direktur Trustco Pontianak menjelaskan bahwa alam bebas dengan segala tantangan dan kesulitannya merupakan sarana terbaik untuk melatih dan menempa pribadi serta membentuk sikap mental, sehingga memiliki kekuatan pada rasa percaya diri, kepemimpinan, kebersamaan, keberanian menghadapi tantangan dan resiko serta kesabaran mengatasi kesulitan.
Menurut Dia, berbagai simulasi atau permainan yang diberikan dalam program outbound bertujuan untuk melihat seseorang dalam wujud asli, sehingga terlihat berbagai potensi, kelebihan dan kelemahan pribadinya, serta peserta dapat mengambil berbagai hikmah. Pelatihan ini sangat membutuhkan kejujuran diri dan menerapkan gaya pendidikan orang dewasa (andragogi). Potensi yang ditemukan akan dikembangkan dan dimanfaatkan, sedangkan kelemahan yang ditemukan harus segera disadari untuk diperbaiki.
Di tahun 2009, Lembaga Manajemen Terapan TRUSTCO Pontianak membuka tiga paket utama program Outbound Training, yaitu (1) Paket Leadership, (2) Paket Team Building dan (3) Paket Motivation. Setiap paket terdiri dari tiga macam variasi permainan, mulai dari yang beresiko rendah (low impact), sedang (middle impact) dan tinggi (high impact).
”Diantara permainan yang sangat menantang dan sangat populer, sekarang kami memiliki paintball yaitu simulasi tempur (war game) yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan dan kerjasama. Selain itu ada juga flying fox, two line bridge, hunter, fire jamp, dan permainan seru lainnya,” ujarnya.
Bagi kampus, instansi pemerintah, atau perusahaan yang ingin menjadikan outbound training sebagai program terbaik pengembangan sumber daya manusia, dapat menghubungi LMT Trustco Pontianak di Jalan Abdurrahman Saleh III No.7 Pontianak. Telp/Fax (0561) 735155.

Read More......